Rabu, 20 Mei 2015


Untuk Cinta

Untuk cinta
merindulah jika aku pergi
menangislah jika itu perlu
Lalu tegarlah, Kasih. 
sebanyak kau merindu
sebanyak kau menangis
yakinlah, yang terbaik adalah yang kau jalani sekarang ini.
Maka 
Tersenyumlah
Berbahagialah 

banyaklah berdo'a
getarkan langit
kelah
Do'amu yang menuntunmu.

Selasa, 31 Desember 2013

Akan Berlalu 2013, Adakah Kesembuhan Untuk Indonesia dari Penyakit KORUPSInya?


Kalian tahu jika Indonesia sedang sakit?
Indonesia kritis, sekarat dengan penyakit sosialnya
Sembuhnya pun masih abu-abu
Menyelang nafas dari tabung untuk melanjutkan usianya

Awal tahun, Indonesia, di ponis  penyakit KORUPSI,dengan status KRONIS.
Kami selaku rakyat berduka, para pejabat sibuk membenarkan diri
Kami ingin penyakit itu sembuh, lirih
Kesedihan kami berupa perhiasan Negara yang dibelinya pun dari  uang kami

Korupsi hidup dalam nyata Negara Indonesi
Sedang Indonesia sekarat  dalam sakitnya
Merintihlah rakyat semoga terdengar oleh penyebab sakit
Merontaklah pelajar semoga ilmu mu menyembuhkan luka

Tibalah hari ulang tahun Indonesia
sorakan Indonesia merdeka menggema
Larut dalam kemerdekaan namun sakit tetap menghalau pilu negaraku
Berkoar-koarlah pejabatku, berpidato dengan segala kalimat syahdu namun tetap terluka

Sepanjang sakit, Indonesia larut dalam pembicaraan
Pun Para pemegang kekuasaan  hanya berkata “dengan hukum Indonesia akan pulih”
sedang kami rakyat kecil, terombang-ambing dengan sakit dan gagalnya hukum
Pejabat Negara adalah koruptor tak pernah salah dengan Uangnya.

Indonesia diponis pengidap KORUPSI kronis
Sedang pejabat Negara adalah penyebab sakitnya
Adakah beban yang mereka punya ? Tidak.
Mereka selalu benar diatas hukum

Sakitnya Indonesia adalah peluang  bagi penyakit lain
Apakah pejabat Negara peduli? Tidak.
Pelajar menyebutnya KRISIS MORAL dan ETIKA
Rakyat kecil tau apa dengan sebutan yang pantas untuk pemimpinnya? Taunya kami, memberontak dengan kekerasan

Dengan lirih suara rintihan terdengar. 2013 akan berlalu, adakah kesembuhan untuk Indonesia?

Kamis, 12 Desember 2013

Bukan Namaku “PELACUR”


PELACUR. Itulah nama yang kau pantaskan untukku
Yang kau lekatkan pada diriku
Yang kau desain khusus untukku
Yang kau teriakkan untuk mencekamku

Aku seorang pelacur
Tapi, namaku bukan pelacur. Sungguh !
Materi selaku benang merah
Memaksaku menajdi seorang pelayan

Namaku bukan PELACUR
Sama seperti kalian
terlahir dengan nama-nama yang indah
seiring dengan makna dan harapan

dengan begitu masihkah kau memanggilku pelacur?
Jelas mengapa pilihanku jatuh pada dunia malam
Menjadi penghibur kaum haus nikmat
Sakitnya ketika harus menanyakan tarif

Bukan inginku
Sungguh ! hati dan fikiranku menolak
Karena materi moral jadi bertarif
Karena materi, aku rapuh tanpanya
Dunia malam telah bersahabat dengan raga ini
Menjadi pelayan
Mendjadi penghibur adalah  profesiku
Bukan NAMAKU “Pelacur”

^^^
Untuk perempuan yang memilih profesi ini kuyakin bukan keinginan hati
Kalian tetap perempuan yang patut dihargai

Tempat kami adalah jalanan


Jalanan.  Iya, jalanan kini menjadi tempatku.
Kendaraan beroda dua, tiga, empat
bahkan yang tidak beroda pun menjadi sahabatku dijalanan
Termasuk panasnya matahari
dinginnya hujan, dan sejuknya angin

karena jalanan senantiasa menjadi rumah untuk kami
dijalanan kami tak pernah mengenal sepi
ramai, padat kendaraan pun suara-suara kendaraan
menikmatinyatak cukup hanya tersenyum
kami pun tertawa terbahak-bahak

kami adalah harta Negara
mengatasnamakan kami “anak jalanan” untuk menaikkan pamornya
lagi-lagi masalah kepentingan
tempat dan nama kami begitu populer
dilain situasi, tempat dan nama kami menjadi kotor untuk mereka yang bermateri

rumah kami adalah jalanan
memperoleh sesuap nasi, melepas dahaga,
membayar uang sekolah semua kami dapatkan dari jalanan
sedih bukan ?! kami yang seharusnya menjadi tawanan Negara
malah kami yang diterlantarkan oleh Negara

Dan kini jalanan menjadi ramai oleh kami
semakin hari semakin banyak
mengapa demikian? Apa karena kami aset Negara  makanya itu semakin banyak?
huhh.  Tidak harus dipertanyakan lagi
Jelas sudah, jika kepentingan adalah urutan paling pertama
sebab kami adalah sarana politik,menaikkan pamor mereka

karena kami “anak jalanan” selamanya akan bersahabat dengan jalanan
bahwa kami “anak jalanan” selamanya bernafas di jalanan
sebab kami “anaka jalanan” telah akrab dengan ancaman jalanan
olehnya itu kami bertahan
dan kini tempat kami pun adalah jalanan

Masih Aku


Enggan ku menaruh opini
masih dengan diriku yang hampa akan cahaya
masih dengan aku yang pelan mengendor pada pemahaman
masih aku yang gaduh, teracak-acak bimbang penafsiranku

Kemana kukaji selalu saja tak sama
perbedaan selalu selamanya ada
kapanpun dan diamanapun
serentak jiwapun dilemma

Masih dengan aku yang kebingungan
siapa yang benar dan siapa yang salah?
arah yang kutentukan senantiasa menimbulkan multi tafsir
resah ! perputaran logika tak akan pernah mengalah pada rasionalitas

Masih dengan aku !
memilih berdalih atau tetap pada porosnya
yang ku anggap benar selalu salah menurut logika
tak cukupkah logika bermain –main?

Merasionalkan logika pada tatararan kesanggupan 
ketahuilah beragama tak cukup dengan logika
Dengan Hati, jiwa, maka damailah dengan pemahaman !
akhirnya aku, agamaku adalah benar dengan hati dan logika 

Sabtu, 30 November 2013

Pagi Dan Hujan


Kala itu hujan turun
Menyapa pagi, dinia dan panorama awan putih
Terkurung oleh dinginnya suasana pagi
Lelap tidurku menyertakan kisah syahdu

Sabtu pagi kala itu, kerap mengundang tawa
Dia seolah paham betul turunnya hujan
Dengan bulirnya dan alasan menyapa dunia dipagi hari
Sangat menyenangkan pun bahagia menyatu dengan waktu kala itu

Masih dengan pagi itu, senyum dan tawa yang menenteramkan
Saat hujan hendak menipiskan bulirnya keindahan lain muncul pagi itu. Pelangi sapaan akrabnya. Warna-warna lembut bersusun membnetuk bulan sabit. Sabtu pagi sangat sempurna kala itu.

Masih berlanjut kisah pagi itu, kisahku bersama pagi dan hujan. Sesaat kemudian, pagi beranjak pergi dan hujan pun berhenti. Merasa sudah cukup menemani pagi kala itu.

Memang Iya pagi memilih hujan untuk menemaninya. Untuk sekedar menyapa maupun ketika rindu. Jika rindu untuk dia, mungkinkah dia merindukanku jua?  Ntahlah. Cukuplah rindu itu menjadi hiasan rasa untukku dan untuknya.

Untuk mereka pemuja pagi dan hujan

Jumat, 22 November 2013

kupadukan rasa merajut butiran air
sejak jarak menyapa
senja tiba pun tak pernah ku hiraukan
kataku "biarkan saja jarak menebar senyum"
kelak dia akan tahu kehadirannya adalah alasan
mengapa rindu selalu indah